Saya merasakan sendiri ketika pagi-pagi berangkat kerja di Jakarta dan setelah menempuh perjalanan dari Bogor ke Cawang Jakarta selama 4 jam dalam keadaan hujan ringan dan sedang, dan sesampainya di sekitaran Kebon Nanas Tol Wijoto Wiyono kendaraan banyak yang menepi ditambah lagi banyak motor yang masuk jalan tol, wah ada apa ini? Ternyata Jakarta dilanda banjir hebat, beruntung saya berada di jalan tol layang kalau berada di jalan arteri mungkin kejadian Februari 2007 dimana kami terjebak banjir di sekitaran Cempaka Mas sampai larut malam bisa terulang kembali.
Ada yang mengatakan banjir Jakarta tanggal 17 Januari 2013 ini lebih hebat dari banjir tahun 2007, setidaknya pendapat itu didukung dengan kenyataan bahwa Bundaran Hotel Indonesia yang menjadi landmark ibu kota DKI Jakarta sudah terendam banjir.
Kenapa bisa terjadi banjir seperti ini, salah satu faktor penyebabnya adalah konversi lahan serapan air yang berupa hutan, tegalan, sawah, dan perkebunan di daerah hulu sungai yang mengalir ke Jakarta atau di sekitaran Bogor telah berubah menjadi bangunan-bangunan beton, baik itu sebagai perumahan, pabrik atau bangunan infrastruktur lainnya. Bendung Katulampa di Bogor yang merupkan DAS Ciliwung yang dulunya berfungsi untuk membagi atau mendistribusikan air ke persawahan yang ada di sekitarnya yang mana berarti air yang akan mengalir ke hilir atau ke Jakarta akan berkurang karena digunakan untuk irigasi persawahan, kini air itu mengalir langsung ke Jakarta, belum lagi sungai-sungai itu yang harus menampung air limpasan air hujan (run off) dan limbah cair maupun padat dari perumahan, pabrik, dan bangunan yang menutupi tanah di sekitaran sepanjang sungai-sungai tersebut. Sehingga debit air di sungai-sungai itu semakin ke hilir sudah pasti akan semakin membesar tetapi tambah dangkal akibat sedimentasi. Ditambah lagi sempadan sungainya yang tidak terkelola dengan baik, jadilah banjir hebat di Jakarta.
hal yang harus diperhatikan agar banjir di Jakarta tidak selalu terjadi setiap tahun adalah komitmen terhadap RTRW di daerah hulu (Puncak dan Bogor), daerah tengah (Cibinong sampai perbatasan Jakarta), dan di hilirnya sendiri (DKI Jakarta). Kalau tidak? Setiap tahun akan mengalami banjir terus bahkan akan semakin hebat.
(Sumber diantaranya: Kebijakan Jawa Barat dalam mendukung Pengelolaan Hulu-Hilir Teluk Jakarta. Forum Pimpinan Daerah dalam Pembangunan) |
Banjir di Jakarta tahun 2007 |
|
|
Kondisi DAS Ciliwung, dari hulu ke hilir |
|
|
Kondisi eksisting di DAS Ciliwing |
|
Tutupan lahan di Jakarta |
|
Konversi lahan di daerah Puncak |
|
|
Faktor kerentanan wilayah DKI Jakarta | |
|
|
Selain komitmen terhadap RTRW juga perlu dilihat faktor lainnya |
0 komentar: