Deswita Alifia Damayanti

Perempuan, 8 tahun

Kudus, Indonesia

SELAMAT DATANG DI BLOG PERJALANANKU, MY LIFE MY BLOG adalah blog yang menceritakan semua yang saya suka, Inspirasi, dan Motivasi.Selamat bergabung di blog saya, semoga bisa jadi motivasi dan inspirasi bagi anda yang membacanya Semoga Bermanfaat.

Visit My Blog :
=>meditasi09.blogspot.com
=>deswitaku.blogspot.com
=>sangsurya09.blogspot.com
=>deswita16@gmail.com
::
Start
Deswita Alifia D™ Vivi
Shutdown

Navbar bawah

Search This Blog

Selasa, 05 Februari 2013

Salat Dhuhur di Mesjid Raya di Kota Medan

Kenapa sampai saya menulis judul demikian? Karena Mesjid Raya di kota Medan ini adalah mesjid tua yang punya sejarah tersendiri dan juga mesjid ini telah menjadi icon kota Medan. Mesjid ini dibangun pada tahun 1906 s/d 1909 pada masa kesultanan Deli dipegang oleh Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah yang berkuasa antara tahun 1873 s/d 1924, dengan nama Mesjid Al-Mashun. Pusat kesultanannya berada di istana Maimoon yang dibangun pada tahun 1888, terletak sekitar 200 meter dari mesjid Al-Mashun. Arsiteknya, walaupun berbeda orangnya namun sama-sama dari Belanda sehingga beberapa bagian tertentu gaya arsitektur mesjid Raya dengan istana Maimoon, ada kemiripan. Arsitek mesjid ini adalah Tingdeman dengan memadukan gaya Timur Tengah, Eropa, India, dan Melayu. Bentuk pintu yang ada di bagian dalam ruang mesjid mengambil gaya India dan jendela bagian luarnya mengambil gaya Eropa dengan perbedaan diantara keduanya adalah dari lengkungnya. Jendela Eropa dihiasi kaca patri dari China yang sangat populer pada ahir abad 19. Sedangkan gaya Timur Tengah diaplikasi pada bentuk lengkung yang memisahkan antar sudut selasar seperti halnya banyak ditemui pada bentuk pemisah ruang di berbagai mesjid lainnya. Gaya melayu diaplikasi pada beberapa ornamen baik yang ada di dinding maupun yang ada di pintu-pintu. Gaya melayu lebih terasa pada pemilihan warna-warna pintu yaitu dengan warna dasar hijau tua dengan warna ornamen kuning. 
Melihat bangunan Mesjid Raya ini dari luar begitu cantik dan megah, mengingatkan kepada bangunan-bangunan yang berada di beberapa negara Eropa yang dulunya pernah dikuasai oleh kerajaan Ottoman yang Islam. Sebenarnya nuansa di dalam ruangan mesjidnya sendiri tidak kalah megahnya, apalagi dengan dinding granit dari Eropa dengan atap kubah (dome) yang tinggi dengan ornamen kemewahan Eropa juga, namun suasana yang terbentuk ketika kami akan Salat Dhuhur di mesjid ini adalah kekumuhan. Disana-sini banyak orang yang tiduran di karpet yang tidak terawat, sistem penerangan yang seadanya, bahkan beberapa kaca jendela yang telah rusak kaca patrinya hanya ditutup plastik alakadarnya. Kemegahan itu telah terbungkus rapat. Salat kami menjadi kurang khidmat yang sangat berbeda ketika Salat di mesjid-mesjid peninggalan Walisongo di sepanjang Pantura Jawa.
Sayang, kalau mesjid megah ini terbengkalai tidak terkelola dengan baik.
Mesjid Raya di kota Medan yang dibangun pada tahun 1906
Istana Maimoon yang dibangun pada tahun 1888
Bagian dalam mesjid Raya
Langit langit kubah/dome mesjid Raya
Kental gaya India
Jendela gaya Eropa dengan kaca pateri dari China
Gaya Timur Tengah
Ornamen gaya Melayu
Bangunan tempat wudlu
Suasana di depan mesjid Raya kota Medan
Gerbang mesjid yang mendatar, mirip di Perancis

0 komentar:

Energy Saving Mode
Gunakan Mouse untuk Keluar Mode Energy Saving